Renungan...

Renung fikiranmu, ia menjadi kata-kata;
Renung kata-katamu, ia menjadi perbuatan;
Renung perbuatanmu, ia menjadi amalan;
Renung amalanmu, ia adalah sifat dirimu.

Khamis, 4 Disember 2014

Milik Siapakah Bayangannya...

Entah kenapa aku menjadi melankolis akhir-akhir ini, dan hal tersebut bisa dilihat dari betapa banyak aku menulis hal-hal berbau cinta atau tentang perasaan di blog ku. Mungkinkah aku telah jatuh cinta lagi untuk kesekian kalinya? Atau aku merasakan hal-hal lain dihidupku? Akupun tidak bisa mengetahui jawabannya, yang aku tahu hanya semua perasaan yang ada dalam diriku bercampur aduk menjadi satu dan sangat sulit untuk dijabarkan satu per satu. Bisa  jadi aku telah jatuh cinta pada sesosok bayangan, bayangan yang anggun jelita dibawah sinar rembulan. Bayang-bayang yang tidak aku ketahui siapa pemiliknya, yang aku tahu hanyalah bayangan tersebut terus muncul dan menari-nari dikepalaku dan semakin hari tarian dari bayangan tersebut semakin menjeratku masuk ke dalam alam yang sangat indah. Aku masih terus mencari dan mencari siapa pemilik dari bayangan yang begitu menawan ini, bila hanya bayangannya saja sudah seelok dan secantik ini bagaimanakah rupa si pemilik bayangan ini? Batinku, pasti akan sempurna dimata semua orang yang memandang layaknya malaikat yang turun dari atas awan-awan.Pencarianku terus berlanjut, aku berusaha untuk terus mencari perempuan si pemilik bayangan tersebut, tidak kenal lelah dan pantang menyerah aku terus berusaha. Hingga akhirnya pada suatu hari aku menemukan perempuan itu, perempuan pemilik bayangan yang terus menghantui pikiranku tiap malam, dan seperti dugaanku, perepmuan tersebut begitu menawan dan jelita bagaikan malaikat yang turun dari atas awan-awan. Aku memandang perempuan dan dia memandang balik padaku, kami saling bertatapan dalam sepersekian detik dan walaupun hanya sebentar aku bisa menatapnya itu sudah sangat memberikan kepuasan dalam hatiku, aku tidak akan pernah melupakan tatapannya yang hangat, senyumnya yang manis, dan wajahnya yang bagitu mempesona. Lalu, aku mencoba untuk mendekati dia dan mengajak dia berbincang-bincang, pada awalnya aku tidak dapat menemukan topik yang tepat untuk dibicarakan, mungkin karena aku terlalu gugup atau mungkin karena aku begitu terpesona dengan kecantikannya sehingga membuat bibirku pun enggan untuk terbuka. Setelah beberapa kali bertemu dengannya akhirnya aku mulai terbiasa dan perbincangan mengalir begitu saja dari mulut kita berdua, terkadang kita tertawa karena perbincangan yang lucu, dan terkadang kita memasang muka serius karena perbincangan yang serius pula. Waktu pun terus berjalan dan akhirnya aku mencoba untuk berkata kepada perempuan itu bahwa aku menyukai dia, akan tetapi aku tidak mengharapkan jawaban lebih darinya, pada awalnya aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja padanya dan tidak meminta kita akan berlanjut ke hubungan yang lebih serius, namun beberapa hari kemudian perempuan itu memberikan jawaban yang cukup normal buatku karena aku telah tau jawabannya, dia menjawab bahawa dia hanya ingin kita berteman dulu dan tidak mengharapkan hubungan yang lebih jauh. Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya dan bergurau mengatakan, ya mungkin tidak saat ini tetapi aku berharap hubungan kita bisa berlanjut lebih jauh kedepannya.Waktu kembali memainkan perannya dan terus berjalan, aku dan dia pun kembali seperti waktu awal ketika kita berjumpa, saling bercanda dan membicarakan hal-hal apapun yang muncul di benak kita berdua. Suatu hari timbul perasaan aneh dalam diriku, ya perasaan yang dulu telah kubuang saat aku berkata aku menyukai dia sekarang muncul kembali dengan lebih besar, saat ini aku tidak hanya menyukai dia, tetapi aku menyanyangi dia dan bodohnya aku, aku tidak berani untuk mengatakan hal tersebut kepadanya. Hari demi hari terus berjalan dan kali ini bukan lagi bayangannya yang muncul dalam pikiranku tapi dia, perempuan yang selalu aku kagumi itu, tiap malam perempuan itu terus muncul dan menari-nari dengan eloknya di dalam pikiranku dan semakin menyiksa diriku. Akhirnya, suatu hari akupun memtuskan aku tidak boleh terus begini dan aku harus mengatakan padanya bahwa aku mencintai dan menyayangi dia dan kali ini aku berharap dia akan memberikan jawaban iya, atau aku hanya akan bisa mengaggumi dan mencintai bayangannya dan entah sampai kapan bayangan tersebut baru bisa pergi selamanya dari pikiranku. Akhirnya bila semua itu terjadi aku hanya dapat berkata bahwa aku adalah laki-laki yang paling menderita karena aku mengetahui apa yang tidak dapat aku milikki dan harus berusaha untuk tetap tersenyum walaupun hanya dapat mencintai dia sebatas bayangannya saja.
Milik siapa bayangannya menjadi misteri dan rindu buat diriku selamanya.Biarku nanti rindumu.Biarku nanti cintamu.Tidak pada kehidupan ini tapi pada kehidupan lain.Itu janjiku buat Pena Sepi menarikan deretan kata sepanjang usia langkah penaku.


Tiada ulasan: